Selasa, 26 Februari 2013
Minggu, 17 Februari 2013
I Do
Can't give any swear, i only can say I Do.
Can't guarantee any thing, but i can give you my "I Do"
Can't escape the fact that i'm too coward.
Can't totally escape my doubt, but i'll try say I Do.
Dozen of hopes will be blessed by Allah. Aamiin.
Can't guarantee any thing, but i can give you my "I Do"
Can't escape the fact that i'm too coward.
Can't totally escape my doubt, but i'll try say I Do.
Dozen of hopes will be blessed by Allah. Aamiin.
Monolog: Mendholimi diri sendiri
Bismillahirrahmanirrahim.. J
Pada kesempatan ini, saya akan mencoba menjelaskan tentang
apa yang saya rasakan ketika saya membaca kisah dan penjelasan dari Surat
Al-Baqoroh 67-71. Ayat ini menjelaskan tentang kisah Nabi Musa yang diminta
Allah memerintahkan Bani Israil untuk menyembelih seekor sapi. Ketika membaca
ayat ini, saya teringat dengan pengalaman saya sebagai senior yang pernah
mengkader juniornya ketika mahasiswa dulu dan saya mendapatkan kesan mendalam
ketika membaca ayat ini.
Sebelum menjelaskan lebih jauh, silahkan dibaca dulu makna
dari al-Baqoroh 67-71 ini.
ayat 67:
Dan (ingatlah) seketika berkata Musa kepada kaumnya : Sesunggulnya AIlah
memerintahkan kamu menyembelih seekor sapi. Mereka berkata : Apakah akan engkau
ambil kami ini sebagai ejekan? Dia (Musa) berkata : Aku berlindung aku Allah
agar tidak termasuk di antara orang-orang yang bodoh.
ayat 68:
Mereka berkata : Mohonkanlah
untuk kami kepada Tuhan engkau, supaya diterangkanNya , bagaimana sapi itu ?
Berkata dia : Sesungguhnya Dia bersabda, bahwa sapi yang belum tua benar dan tidak sangat muda, pertengahanlah di antara itu; maka kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu itu .
Berkata dia : Sesungguhnya Dia bersabda, bahwa sapi yang belum tua benar dan tidak sangat muda, pertengahanlah di antara itu; maka kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu itu .
ayat 69:
Mereka berkata : Mohonkanlah
untuk kami kepada Tuhan engkau, supaya Dia jelaskan kepada kami, bagaimana
warnanya: Berkata dia : Sesungguhnya Dia bersabda, bahwa dianya ialah seekor
sapi yang kuning, berkilau warnanya, menyenangkan mereka yang melihat.
ayat 70:
Mereka berkata : Mohonkanlah
untuk kami kepada Tuhan engkau, supaya Dia jelaskan (lagi) kepada kami ,
karenasesungguhnya sapi-sapi itu serupa-serupa atas kami, dan sesungguhnya
kami, Insya Allah, akan dapat petunjuk.
ayat 71:
Dia berkata : Sesungguhnya
dia mengatakan bahwa dia itu hendaklah sapi yang tidak digunakan pembajak
tanah, dan tidak perancah sawah, tidak bercacat, tidak ada belang padanya.
Mereka berkata : Sekarang engkau telah datang membawa kebenaran ! Maka mereka
menyembelihnya, dan nyaris mereka itu tidak sanggup mengerjakan
Begitulah
respon Bani Israil terhadap perintah ini. Lemahnya iman menjadikan mereka ragu
untuk menjalankan titah Sang Pemimpin, menyembelih sapi. Lemahnya iman
menjadikan mereka berpikir bahwa perintah itu adalah perintah konyoll. Sehingga
mereka merasa dipermainkan.
Memang Bani
Israil terkenal dengan akhlaq yang sering melanggar janji.
Ayat berikutnya
menjelaskan kembali bahwa memang mereka terlalu banyak alasan sehingga
mempersulit diri mereka sendiri dan terlalu banyak bertanya. Singkatnya adalah
ngeyelan.
Ketika membaca
cara Bani Israil mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang memberatkan ini, saya
teringat dengan proses pengkaderan mahasiswa di kampus saya. Mahasiswa biasanya
diberikan tugas seniornya untuk mengenakan ini dan itu, kemudian melakukan ini
dan itu, dan lain-lain. Beberapa hal memang perlu untuk ditanyakan. Namun,
berdasarkan pengalaman saya, pertanyaan yang biasanya diajukan dari mahasiswa
baru ketika diminta untuk mengenakan pakaian atasan putih (misalnya) semacam:
mas, berkerah atau tidak? Boleh di atas sikut atau tidak? Warna cerah boleh ada
motifnya? Dan lain-lain.
Sebagai senior
dan saya juga mengamati rekan-rekan saya yang juga menjadi pejuang pengkaderan
berpikir bahwa, mereka (maba) mengajukan pertanyaan yang hanya menyulitkan diri
mereka sendiri. Mereka terlalu banyak tanya hal-hal yang seharusnya tidak perlu
ditanyakan. Hal ini tentu menyebabkan para senior agak merasa jengkel dan
senior akan mendetailkan tugas yang mungkin awalnya tidak ada niatan untuk
semakin mempersulit maba. Namun, karena pertanyaan-pertanyaan yang tidak perlu,
senior menugaskan mabanya hal yang lebih sulit untuk dikerjakan.
Saya mencoba
merefleksikan pada diri saya kemudian menghadirkan monolog dalam alam berpikir.
Ya Allah, sudah berapa banyak perintah-Mu yang hamba tak laksanakan. Berapa
banyak larangan-Mu yang tak jua hamba jauhi? Semua ini disebabkan oleh hamba
yang sedang mendholimi diri sendiri. Hamba terlalu memperbanyak pertanyaan,
mengapa Allah menurunkan surat larangan ini, apa hubungannya dengan ini, lalu
meminta pentunjuk lagi yang diakibatkan keraguan yang tak perlu dan tanpa
menghadirkan niat untuk menjauhi larangan tersebut.
Hamba kadang
menganggap bahwa larangan ini diturunkan dalam kondisi berbeda dengan sekarang,
sepertinya larangan ini tidak akan bermasalah jika hamba dekati dengan kondisi
lingkungan yang demikian.
Sungguh, hamba
telah mendholimi diri sendiri. Maka ampunilah hamba. Ampuni hamba. Ampunilah
hamba.
Tapi Ya Allah,
Engkau membekali hamba akal berpikir. Saya merasakan adanya kebaikan jika hamba
berpikir mengapa Engkau menurunkan ini dan itu. Maka hamba juga memohon,
ijinkan hamba memelihara akal itu sebagai bekal hamba lebih mengenalMu, sebagai
bekal hamba untuk berkontribusi dalam perjuangan ini. Hamba juga memohon
pada-Mu, tumpulkan kemampuan berpikir yang telah Engkau berikan jika dengan
berpikir itu hamba berpaling dari-Mu. Bekukan modal yang telah Engkau beri,
kemampuan berpikir, jika hamba berpikir tanpa menghadirkan niat untuk
mengenal-Mu, tanpa menghadirkan niat menjalankan syariat-Mu, tanpa menghadirkan
niat menjauhi larangan-Mu, tanpa menghadirkan niat menjaga PERSATUAN umat sebab
hamba sangat merindu Unite as an ummah.
Sabtu, 09 Februari 2013
Diary SMA
Tidak pernah tau, apakah sesuatu yang tercetus dalam hati adalah selalu benar kemudian, mengingat keputusan yang saya buat lebih merujuk pada pilihan hati..
Maka, selalu memohon perlindungan dari Alloh atas kebodohan saya untuk membedakan mana yang baik dan buruk adalah keharusan...
Demi Allah, aq takut.......
-tentang memutuskan pilihan karena hidup penuh dengan pilihan padahal waktu tak banyak untuk mempertimbangkan banyak hal-
Maka, selalu memohon perlindungan dari Alloh atas kebodohan saya untuk membedakan mana yang baik dan buruk adalah keharusan...
Demi Allah, aq takut.......
-tentang memutuskan pilihan karena hidup penuh dengan pilihan padahal waktu tak banyak untuk mempertimbangkan banyak hal-
Langganan:
Postingan (Atom)