Huft.. Disela2 kejenuhan mengerjakan TA, tiba-tiba saya merenungi, perjalanan saya berada disini. Dan Allah Maha Pengasih memberikan kesempatan saya untuk merasakan indahnya jalan ini.
Kerudung pertamaku, sebenarnya judul ini tidak relevan dengan kondisi yang nampak diluar, tapi bagi batin saya ya, ini adalah kisah kerudung pertamaku yang kukenakan dengan ilmu dan dalam keadaan rela.
Sekolah awal saya adalah TK umum di Jakarta. Dilanjutkan ke Madrasah Ibtidaiyah Hudatul Khairiyah Jakarta Timur. Di sana seragamnya adalah kerudung, rok dibawa lutut tidak panjang, dan baju lengen pendek. Kalau saya inget-inget, saya hanya bisa tersenyum dengan seragam itu. :)
Kelas 4 cawu III saya berada di SD Muhammadiyah 6 Surabaya. Berkerudung juga baju lengen panjang dikeluarkan dan pakai celana, dan saya merasakan ini seraga ternyaman yang pernah saya pakai dulu.
Kemudian saya memutuskan untuk memilih SMP 12 Surabaya untuk melanjutkan jenjang saya. Di sini saya juga masih mengenakan kerudung saya dan semakin sempurna dengan lengan panjang dan rok panjang.
Di sana ada budaya yang unik menurut saya. Jadi suatu waktu ada pendaftaran untuk 4 organisasi yang ada di sana: MPK, OSIS, Mading, dan Rohis. Tiap kelas wajib mengirimkan delegasinya untuk mendaftar, dan yang mendaftar dibebaskan untuk mengikuti pelajaran kalau tidak salah selama 3 hari.
Hehe.. 3 hari ini diapain aja?
hufftt.. dipanggang, dijemur, diberi tugas ini dan itu. TT
Saya saja yang ikut seleksi Rohis, harus dijemur, dibentak, ditutup matanya sambil disuruh baca ayat kursi dengan kencang. Batin saya, apa-apaan ini.. T_T. Tapi ada satu seleksi yang unik, yaitu hafal ayat kursi dan berceramah.
Alhamdulillah saya diterima sebagai anggota Rohis SMP N 12 Surabaya.
Kegiatannya biasanya sabtu/minggu. Kami biasanya disuruh merangkum majalah Annida.
Satu kebiasaan buruk saya waktu SMP adalah, ketika ke kamar mandi, saya melempari kelas saya dengan kerikil.. Dan kalau bisa masuk ke ruangan rasanya seperti telah mencetak gawang Liverpool.. :D
Semua berakhir ketika Bapak menerima SK Pindah kerja ke Madiun. Dan rasanya hancur ketika harus meninggalkan teman2 yang sudah akrab, organisasi yang mendukung, dan juga saya termasuk menjadi panitia OSPEK yang saat itu terlihat keren.. :D
Hmm.. ya begitulah Takdir.
Menurut saya, yang paling galau saat pindahan sebenarnya adalah Ibu saya, karena harus mengurusi rumah, mengurusi sekolah kami.
Ibu dan Bapak mendaftarkan saya di SMP Negeri 1 Madiun, awalnya saya termasuk ditolak, karena katanya Kepsek sudah penuh, namun karena kegigihan Ibu saya menyakinkan bahwa saya orang yang mampu berada di sana, saya diterima juga disana..
Nah, disinilah titik awal Allah merubah kebiasaan saya.
Sewaktu pembelian seragam, saya bertanya pada guru, berapa jumlah wanita yang berkerudung yang seangkatan dengan saya, jawabnya hanya 1. Dan saya yang canggung dengan jumlah demikian dan belum baligh akhirnya memutuskan untuk melepas kerudung saya.
Awal masuk, katanya temen2 saya terlihat culun sekali, rambut panjang potongan datar, rok panjang, lengen pendek kepanjangan, dan juga kaos kaki sepak bola. Tapi lama2 saya menjadi sangat modis seiring kemampuan saya beradaptasi dengan teman2 sekitar.
3 bulan setelah masuk, saya pun mengalami mensturasi pertama. Kontan pada waktu itu saya sudah dikenai hukum2 Islam. Tapi saya yang waktu itu sudah nyaman dengan gaya ini, saya pun tetap bergaul tanpa menutup aurat.
Masa saya ini, kata ibu, adalah masa paling meneganggkan buat ibu saya. Karena puber saya ini membuat sifat2 saya dulu hilang, dan saya menjadi sangat mbandhel. Sebenarnya kenakalan ini membuat saya mempunyai banyak warna dalam hidup sekaligus membuat jiwa2 berprestasi saya mati.
Sampai akhirnya tahun ketiga, menjelang UAN.
Kakak saya yang menjadi TKW di Hongkong pulang sejenak. Ibu yang barusan mengunjungi kakak saya ini membawakan titipan kakak untuk saya, yaitu buku Nikmatnya Pacaran Setelah Menikah (NPSM). Buku ini tidak saya baca dengan tuntas, tapi buku ini, luar biasa membawa perubahan pada diri saya. Hampir selalu ada tangisan penyesalan setiap saya membacanya. Kebetulan saat itu saya sedang jatuh cintrong buta.. :D Dan ketika saya membaca buku tersebut, saya menyadari betapa sia2nya saya memelihara rasa itu.. T_T
Setelah selesai UAN, maka sekolah saya termasuk sering diadakan presentasi dari SMA-SMA keren, mulai dari SMA Taruna, SMA 2, dan juga SNBI SMA 3 Madiun. Pada SNBI ini saya tertarik dan menceritakan antusias kepada orang tua. Alhamdulillah didukung, akhirnya ibu saya mengurusi segala perlengkapan pendaftaran saya. Sampai akhirnya saya ikut tes dan ditanyatakan lulus.
Alhamdulillah....
Saya masih tidak mengenakan kerudung saat awal masuk SMA.
Ketika awal saya masuk SMA, orang yang menjadi sahabat saya sekarang bilang kalau gaya saya songok, sombong, dan tipe orang2 yang ngegank.. Hehe,, emang waktu SMP saya termasuk anggota Geng. :)
Kalangan anak SNBI SMA 3 adalah orang2 pinter dari berbagai daerah di sekitar madiun. Mereka sudah terbiasa dengan prestasinya. Saya mungkin termasuk yang outlier.. :D.
Di sinilah saya berteman baik dengan Hafriliantika, Laili, Tantri, Arik, Novita, dll. Luar biasa..
Mungkin waktu itu, Tika dan Laili adalah target kakak kelas rohis, karena saya deket sama mereka saya juga katutan.
Waktu berjalan, dan luar biasa..
Saya masih tetap membaca buku NPSM ditambah lagi buku Ketajaman Mata Hati, semakin lengkap penyesalan saya. Dan akhirnya saya pun mulai sering bertanya-tanya tentang Islam pada temen saya. Saya tertarik pada kegiatan ini, termasuk waktu itu saya diajak ikut ngaji.
Seinget saya, waktu itu saya belum berkerudung waktu ikut pengajian sama kakak kelas. Dan sampai akhirnya, saya membaca Al-ahzab: 59 tentang kewajibab menutup aurat. Saya pulang dan mengatakan dengan teguh pada ibu saya, bahwa saya akan mengenakan kerudung. Ibu saya bertanya memastikan dan saya jawab dengan yakin bahwa saya akan menutup aurat saya.
Bulan ramadhan waktu itu saya lalui dengan penuh nilai-nilai sprititual, dan lebarannya pun penuh hikmah.
Kurang lebih 3 bulan di awal SMA, saya mengenakan kerudung saya. Tidak mudah, karena seragamku yang kotak-kotak hitam kayak serbet ini tidak tersedia di koperasi sekolah. Akhirnya saya dan ibu saya mencarinya di Malang. di Malang kami memutari 20 toko kain, saat kami putus asa, alhamdulillah kami menemukan kain tersebut. Belum lagi saat main ke rumah tetangga dan saya bilang kalau saya mau berkerudung malah dibilangin, "Kamu nggak usah jilbaban dulu aja, nunggu kalau udah jadi istri. Soalnya usia se kamu ini masih suka model-model dan budhe takut kalau kamu bakal lepas-pakai jilbabmu itu". Dengan yakin saya menjawab, Saya siap Insya Allah.
Tepat H-1 sebelum saya merubah total semua penampilan saya.
Baju yang baru dari penjahit dan baru kering, saya mintakan ibu untuk memasang kancing kusus agar sempurna menutup tangan.
Saya menyetrikanya sendiri dengan penuh perenungan dan setan sepertinya menggoda saya dengan kejinya. Maju dan mundur layaknya gerakan setrika yg saya mainkan. Dan dengan tetesan air mata serta keteguhan saya menyelesaikan setrika itu dengan semangat.
Dan sambutlah penampilan baru saya teman-temanku.. Kalian sudah tidak bisa menyebutku lagi Shasha-nya miss vs highhill karena rambut berantakanku.. :P
Luar biasa tanggapan dari teman dan kakak kelas, tapi aq sebenarnya sangat canggung dengan tanggapan tersebut. Saya pun lebih banyak di dalam ruangan.
Setelah itu, saya pun menanyakan pada Ibu. "Ibu, Ibu tahu kan kalau berkerudung itu wajib? Lalu kenapa Ibu membiarkan saya melepaskan kerudung ini.". Jawaban ibu saya, "Kamu adalah orang keras kepala, dan percuma ketika ibu harus menyampaikan ini". Ya, saya sadar, ibu saya menyampaikannya langsung pada Allah, dan Allah yang mengatur semua ini.. :(
Ibu memang orang yang paling mengerti saya.. Dan Allah adalah sebaik-baiknya penentu kehidupan.
Perkembangan saya luar biasa saat itu, dan saya semakin aktif di SKI SMA 3. Kerudung pun saya pakai walau hanya di depan rumah. Dan saya terus belajar dan belajar, sampai akhirnya saya kembali menemukan di An-Nuur: 31 kalau kerudung harus sampai menutupi dada. Saya pun marah ke Ibu, karena ibu nggak bilang. (ampun Bu..). akhirnya saya dan ibu belanja kerudung yang banyak.. Beli baju, dll.. Luar biasa perjuangan ibu waktu itu. Ibu saya seperti sahabat saya, saya menceritakan apa-apa yang terjadi.